Sajak-sajak Zakir

Sajak-sajak Zakir

Minggu, 6 Februari 2022 22:16 WIB
377 | -

YANG TAK PERNAH

 

#1

seperti yang sudah-sudah

senja juga harus permisi

juga rindu yang telah beku

ada ragu tentang malam

adakah mimpi kali ini?

 

#2

terakhir kali kita bertemu di

mimpi seminggu lalu

“jangan tinggalkan aku sendiri”

kita saling berbisik

saling berpegangan tangan

 

#3

yang tak pernah

benar-benar terjadi apakah

betul ada kebersamaan

antara kau dan aku

aku belum juga bisa tidur

 

#4

yang tak pernah, entah

selamat malam

telah kau pejamkan mataku

                                                             Laut Dendang, 2004

 

 

YANG DIRAJAM MALAM

yang dirajam malam adalah keheningan bagi perindu

semacam ngilu merambati sel-sel pada tubuh

apa yang kita cari pada malam, jawabnya ada pada

hati, menggantung berayun-ayun

 

pada langit berikan bintang dan bulan serta awan

agar malam mengurung kesempurnaan rasa rindu

 

yang dirajam malam adalah keheningan bagi pecinta

mulut berembun memuja lagu-lagu nostalgia

warna malam yang tak dapat dijelaskan menyerupai

wajah kekasih dibalik cadar, sangat memesona

 

                                                            Medan, 2002

 

TANGKE NATE

 

mungkin dengan jujur harus

berkata bahwa engkau perlu ada

setiap tarikan nafas dimulai

setiap langkah kaki diayun

 

entah sampai kapan aku bohongi

keberadaanmu, kenyataanmu

 

mungkin dengan sayang harus

merasa bahwa engkau memang ada

dikeringat yang asin rasanya

didarah yang amis baunya

 

                                    Laut Dendang, 2004

 

 

CATATAN HARIAN

 

1. dalam gigil yang panjang

dalam gigil yang panjang ini kusisihkan

rindu akan hangatmu, juga belaian

sebab angin berhembus terlalu kencang menerpa

tubuh tipisku, aku rindu kamu entah kenapa

 

2. sajadah

doa-doa pecah membentur sajadahku, aku leleh tak

sadarkan diri larut pada dzikir yang bergelombang

aku lihat perahu Nuh, Musa membelah laut merah

aku berenang pada sajadah yang menjadi laut-Mu

 

3. engkau selalu mengintaiku

dan jendela itu menyambutnya, mengapai lalu menciumnya

dalam-dalam, mereka menari berpelukan sangat mesra

seperti saudara kembar yang lama tak pernah sua

ah, maut dan rindu engkau selalu mengintaiku diam-diam

 

                                                            Medan-Aceh, 2005

 

Zakir, lahir di Aceh Tengah, 13 Mei 1981, menamatkan pendidikan di Universitas Negeri Medan, 2004. Menulis puisi sejak SMA, beberapa puisi dipublikasikan di Harian terbitan Medan serta dibukukan dalam Antologi Puisi “Gapai Rindu” (Basastria Unimed, 2003)  dan Kumpulan Puisi “Kopi 1,550 mdpl” (The Gayo Institute, 2016), juara III Lomba Cipta Puisi Online II Telkom 2004, sekarang menetap di Bener Meriah.


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini