Detail Opini Guru

GURU CALO MASA DEPAN BERNASIB SEPERTI GULA

Selasa, 15 April 2025 13:29 WIB
  341 |   -

Oleh : Hammaddin Aman Fatih

Ketika seorang anak berhasil meraih apa yang ia cita-citakan, maka orang tuanya mengatakan “siapa dulu orang tuanya”. Tapi, jika anaknya bermasalah maka masyarakat serta merta menyalahkan, siapa gurunya”.

Sinyelemen diatas, harus kita akui, bahwa begitulah nasib seorang guru. Calo masa depan itu yang hanya mampu berteriak, anakku jadilah kau pemimpin yang adil, jadilah kau dokter, jadilah kau polisi/tantara, jadilah engkau kau seorang arsitektur dan lain sebagainya. Namun ketika peserta didik sampai kepada tujuannya, seorang guru tetap tak bergerakan ditempatnya. Nasib guru bagaikan gula, tidak pernah tersebut jika meraih keberhasilan dan begitu kegagalan menyertainya, barulah mereka tersebut kata “guru”.

            Dalam info yang penulis baca di group WhatsApp, jasa seorang guru bagaikan gula sewaktu kita meminum minuman kopi. Dalam minumam kopi ada 3 unsur ; kopi, gula dan rasa. Kopi adalah orang tua, gula adalah guru, rasa adalah peserta didik. Jika kopi terlalu pahit, siapa yang salah ? Gulalah yang disalahkan karena terlalu sedikit, hingga “rasa” kopi menjadi pahit !!! Jika kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan ? Gula pula yang disalahkan karena terlalu banyak, hingga “rasa” kopi menjadi manis, jika takaran kopi dan gula seimbang, sehingga rasa yang tercecap menjadi nikmat, siapa yang dipuji ??? Tentu semua akan berkata, “kopinya mantap” !!!  Kemana gula ? Dimana Gula ? Yang mempunyai andil membuat “rasa” kopi menjadi mantap !

Itulah guru yang ketika “rasa“  terlalu manis, maka dia akan

dipersalahkan ! Itulah guru kita “rasa” terlalu pahit maka dia pula yang akan dipojokkan ! Tetapi, Ketika “rasa” mantap, ketika peserta didik berprestasi maka orang tualah yang akan menepuk dadanya ; “anak siapa dulu”,

Marilah guru, ikhlas seperti gula yang larut tak terlihat, tapi sangat bermakna. Gula memberi rasa manis, pada kopi, tapi orang menyebutnya, kopi manis bukan kopi gula.  Gula memberi rasa manis pada teh, tapi orang menyebutnya teh manis, bukan teh gula. Orang menyebut roti manis, bukan roti gula. Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu pada hal bahan dasarnya gula. Tapi, gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis.

Akan tetapi, apabila berhubungan dengan penyakit barulah gula disebut. Penyakit Gula, begitulah hidup kadang kebaikan yang kita tanam, tak pernah disebut orang, tapi sedikit saja kilaf, salah dilakukan guru, maka akan dibesar-besarkan. Ikhlaslah guru seperti gula, larutlah seperti gula. Tetap semangat memberi kebaikan. Tetap semangat menyebar kebaikan. Karena kebaikan tidak untuk disebut. Tapi untuk dirasakan.

Peserta didik tidak membutuhkan guru yang sempurna. Peserta didik membutuhkan seorang guru yang membuat mereka bahagia. Siapa yang akan membuat mereka bersemangat untuk datang ke sekolah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar.

Pendidikan merupakan pintu peradaban dunia. Pintu tersebut tidak akan terbuka kecuali dengan satu kunci. Yakni, seorang atau sosok guru yang peduli dengan peradaban dunia. Guru yang sejati adalah guru yang bisa membuat peserta didik percaya akan kemampuannya sendiri, dan bangga melihat perkembangan peserta didiknya sekecil apa pun. Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang-orang hebat atau guru bukan orang hebat tapi guru banyak menciptakan orang hebat.

Guru kita sekarang harus mempunyai kekuatan yang dapat membuat generasi sekarang menjadi asset, yang penuh tantangan, yang hanya dapat guru atasi dengan selamat dengan sebesar mungkin sikap ilmiah, rasional dan keterbukaan. Guru memang bukan orang hebat tapi semua orang hebat adalah berkat jasa seorang guru.  

Guru harus belajar bersyukur walaupun dalam hidupnya selalu dalam kekurangan, guru harus belajar ikhlas meskipun terasa berat untuk menghadapi/menerimanya, guru harus belajar bersabar meski terasa terbebani, guru harus belajar menghargai meskipun tidak dihargai profesinya, guru harus belajar tulus meskipun tersakiti dengan kebijakan yang ada, guru harus belajar jujur meskipun tak dipercaya, guru harus belajar merawat meskipun dalam kondisi sakit, guru harus belajar membahagiakan meskipun kesedihan selalu menghampiri, guru harus belajar untuk selalu tersenyum dihadapan peserta didik meskipun tak sanggup karena bebani hidup yang di jalani, guru harus belajar memaafkan meskipun dalam kondisi marah. Maka guru harus terus belajar karena hidup adalah belajar.

Pernah penulis menerima pesan di WhatsApp yang mengatakan bahwa yang harus diingat seorang guru agar pengabdian menjadi ladang pahala, yakni :

-Hendaknya tidak mengambil cuti sakit ketika engkau tidak sakit sehingga tidak menggabungkan dua maksiat : kebohongan dan makan harta haram. Sesungguhnya pemotongan gaji dilandasi taqwa dan takut kepada Allah itu lebih baik dan lebih kekal.

-Terimalah peserta didikmu dengan segala kesalahan mereka karena mereka bukan malaikat, bukan pula syaitan. Tidak ada alasan untuk lari dari meluruskan kesalahan-kesalahan itu karena guru adalah murabbi (pendidik) dan ini yang diharapkan dari seorang guru.

-Tunjukkan rasa hormat anda kepada peserta didik yang ada di hadapan anda dengan cara menerangkan keutamaan mereka sebagai penuntut ilmu. Hal ini akan mendekatkan jarak anda dalam menuju hati mereka.

-Ingatlah bahwa banyak di antara orang-orang besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita mereka hingga menggapai puncak.

-Perbagus cara interaksi anda dengan para peserta didik. Berapa banyak guru yang mendapat do’a dari peserta didik setelah bertahun-tahun terlewat, atau setelah berada di liang kubur.

-Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam. Tinggal bagaimana guru mencari media yang tepat.

-Setiap menit keterlambatan anda dalam memulai pelajaran atau keluar sebelum waktu selesai adalah hak peserta didik, ia akan mengambilnya pada hari penghitungan amal.

-Berapa banyak guru yang menjadi sebab lurusnya arah berpikir kaum muda sehingga ia mendapatkan do’a-do’a tulus dan kebaikan yang mengalir. Ya Allah, tambahkan dan berkahi setiap guru yang kuat, bertanggung jawab, dan senantiasa berbuat baik.

-Di depan anda ada generasi. Bangkitkan jiwa mereka, ajarkan cinta kepada ilmu, dan bangunkan semangat !. Barangkali satu kata dari guru dapat membakar spirit dalam hatinya dan menjadi kebaikan untuk ummat.

-Rasa takut peserta didik anda terhadap anda bukanlah pertanda keberhasilan dan keterampilan guru dalam menegakkan kedisiplinan. Itu hanya pertanda bahwa anda gagal dalam memerankan pendidikan. Pendidikan itu membawa ketegasan dan kasih sayang bukan dengan menakut-nakuti.

-Syekh Utsaimin Rahimahulloh membedakan antara pulpen inventaris kantor dan pulpen pribadi karena takut makan barang haram. Lantas bagaimana dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang lebih berharga daripada tinta? Yaitu waktu!

-Ingatlah bahwa anda mempunyai anak yang diajar oleh guru-guru seperti anda. Maka berbuat baiklah kepada anak orang niscaya Allah akan menyiapkan bagi anak anda guru-guru yang akan berbuat baik kepada mereka. "Balasan sesuai dengan amal perbuatan."

-Ikhlaskan niat utk Allah swt. Karena sesungguhnya anda sedang melakukan tugas para Nabi. Dan jika anda mengharap pahala dalam pekerjaan anda, maka setiap jam pada siang hari anda dalam timbangan kebaikan Anda.

Pendidikan adalah kunci kesuksesan dalam hidup yang ditekuni oleh guru dan itu merupakan satu profesi yang teramat mulia. Dari guru, kita belajar banyak ilmu pengetahuan. Dengan kesabaran dan kegigihannya, guru senantiasa mendidik peserta didiknya menjadi pribadi yang bermanfaat

Guru adalah garda terdepan untuk membawa bangsa ini menuju peradaban yang tinggi dan harus bertanggungjawab penuh untuk membekali generasi kita dengan pengetahuan dan skill yang sesusai dengan tuntutan zamannya nanti.  Karena mereka milik kehidupan yang akan datang, yang kita sendiri tidak tahu bagaimana suasana kehidupan yang akan datang. Mereka bagaikan anak panah yang melesat entah kemana. Ali Bin Abi Thalib mengatakan :”Didiklah anak sesuai zamannya karena mereka hidup bukan dizamanmu”. Dan seorang anak bukan photocopy/duplikat orang tuanya.

Guru kita harus selalu konsen dengan amanah UUD 1945 dan  tujuan Pendidikan Nasional (UU No 20 tahun 2003 SISDIKNAS) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dan walaupun katanya sekarang telah mulai berubah “menciptakan tenaga ahli alias tukang”, yang katanya lagi karena tuntutan kaum kapitalisme.

Bagaimanapun canggihnya sebuah peradaban ?. Peran guru tidak bisa tergantikan untuk mentransper pengetahuan ke generasi selanjutnya. Guru tetap guru. Tidak berubah karena tuntutan zaman. Guru tidak pernah harus menangis karena diceraikan. Guru tidak harus tertawa karena dinikahi. Guru Tetap Guru. Guru bagaikan lilin yang membakar dirinya demi untuk menerangi orang lain. Tak ada sedikitpun keraguan akan jasamu. Jasamu bagaikan pilar-pilar menopang kejayaan Negara dan bangsa ini. Engkau bagaikan sebuah timbangan. Seongkah emas akan berharga karena jasa sebuah timbangan yang menentukan seberapa beratnya emas itu.

K.H. Dimyati Rois mengatakan jika anda menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahuan akan ada masanya di mana anda tak lagi dibutuhkan, karena Google lebih cerdas dan lebih tahu banyak hal daripada anda, namun jika anda menjadi guru juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keihlasan, maka anda akan selalu dibutuhkan karena Google tak punya itu semua.

Seorang komediaan asal Sumatera Utara Atok Labu mengatakan ; “kita harus merubah sembayong guru pahlawan tanpa tanda jasa itu. Karena banyak pahlwan dinegeri ini memiliki monument atau makan pahlawan yang penguburannya diiringi letusan senjata sebagai tanda penghormatan. Tapi guru yang menghantarkan mereka sebagai pahlawan dengan bintang tanda jasa tidak pernah memiliki makan pahlawan. Rubah lagu Umar Bakri dan sepeda tuanya, mengabdi sepanjang tahun,berakhir miskin sampai hari tua tanpa ada yang mengingatnya. Guru gerbang kemajauan suatu bangsa. Namun dinegeri kita ini undang-undang perlindungan satwa langka lebih dulu ada dibanding undang-undang perlindungan guru dan dosen”.

Penutup

Dalam hati dan jiwa seorang guru yang idealis harus selalu terperi tertanamankan adalah ; harapan, keikhlasan dan kejujuran, maka marilah pelihara ketiganya di hati kita (guru) dengan sentuhan  kasih sayang, cinta dan kebaikan. Serta lakukan dengan sesungguhnya agar membuat kita guru bisa meraih sukses mendidik anak bangsa, yakni dengan ; tekad, kemauan, dan fokus.

Semoga engkau guruku, tetap konsisten dan kuntinyu dengan cita-cita muliamu mencerdasakan dan terus membekali anak-anak negeri ini dengan sikap dan keteladanan yang berselimut ilmu pengetahuan, agar mereka bisa mengemban amanah Rab-Nya menjadikan generasi emas nantinya di tahun 2045, ketika saat itu republik ini genap berumur 100 tahun. Amin……………. (Takengon, 07 Februari 2022)

Penulis adalah seorang antropolog dan kepala sekolah SMA Negeri 1 Permata.

 

Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini